Kamis, 17 Februari 2011

EKONOMI MIKRO vs EKONOMI MAKRO

EKONOMI MIKRO vs EKONOMI MAKRO
Ekonomi mikro mencakup perekonomian satu perusahaan atau industri.
Ilmu ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan harga-harga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut memengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga, pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya.[1][2] Individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi secara optimal, bersama-sama individu lainnya di pasar, akan membentuk suatu keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi bahwa semua hal lain tetap sama (ceteris paribus).

Selain ekonomi ekonomi mikro terdapat juga ekonomi makro, yang membahas aktivitas ekonomi secara keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian yang berhubungan[3], serta dampak atas beragam tindakan pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak) terhadap hal-hal tersebut
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah “negara berkembang” biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang “miskin”.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah “negara berkembang” biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang “miskin”.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah “negara berkembang” biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang “miskin”.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah “negara berkembang” biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang “miskin”.

Salah satu tujuan ekonomi mikro adalah menganalisa pasar beserta mekanismenya yang membentuk harga relatif kepada produk dan jasa, dan alokasi dari sumber terbatas diantara banyak penggunaan alternatif. Ekonomi mikro menganalisa kegagalan pasar, yaitu ketika pasar gagal dalam memproduksi hasil yang efisien; serta menjelaskan berbagai kondisi teoritis yang dibutuhkan bagi suatu pasar persaingan sempurna. Bidang-bidang penelitian yang penting dalam ekonomi mikro, meliputi pembahasan mengenai keseimbangan umum (general equilibrium), keadaan pasar dalam informasi asimetris, pilihan dalam situasi ketidakpastian, serta berbagai aplikasi ekonomi dari teori permainan. Juga mendapat perhatian ialah pembahasan mengenai elastisitas produk dalam sistem pasar.
Teori penawaran dan permintaan biasanya mengasumsikan bahwa pasar merupakan pasar persaingan sempurna. Implikasinya ialah terdapat banyak pembeli dan penjual di dalam pasar, dan tidak satupun diantara mereka memiliki kapasitas untuk memengaruhi harga barang dan jasa secara signifikan. Dalam berbagai transaksi di kehidupan nyata, asumsi ini ternyata gagal, karena beberapa individu (baik pembeli maupun penjual) memiliki kemampuan untuk memengaruhi harga. Seringkali, dibutuhkan analisa yang lebih mendalam untuk memahami persamaan penawaran-permintaan terhadap suatu barang. Bagaimanapun, teori ini bekerja dengan baik dalam situasi yang sederhana.





Penerapan ekonomi mikro
Ekonomi mikro yang diterapkan termasuk area besar belajar, banyak diantaranya menggambarkan metode dari yang lainnya. Regulasi dan organisasi industri mempelajari topik seperti masuk dan keluar dari firma, inovasi, aturan merek dagang. Hukum dan Ekonomi menerapkan prinsip ekonomi mikro ke pemilihan dan penguatan dari berkompetisi dengan rezim legal dan efisiensi relatifnya. Ekonomi Perburuhan mempelajari upah, kepegawaian, dan dinamika pasar buruh. Finansial publik (juga dikenal dengan ekonomi publik) mempelajari rancangan dari pajak pemerintah dan kebijakan pengeluaran dan efek ekonomi dari kebijakan-kebijakan tersebut (contohnya, program asuransi sosial). Ekonomi kesehatan mempelajari organisasi dari sistem kesehatan, termasuk peran dari pegawai kesehatan dan program asuransi kesehatan. Politik ekonomi mempelajari peran dari institusi politik dalam menentukan keluarnya sebuah kebijakan. Ekonomi kependudukan, yang mempelajari tantangan yang dihadapi oleh kota-kota, seperti gepeng, polusi air dan udara, kemacetan lalu-lintas, dan kemiskinan, digambarkan dalam geografi kependudukan dan sosiologi. Finansial Ekonomi mempelajari topik seperti struktur dari portofolio yang optimal, rasio dari pengembalian ke modal, analisa ekonometri dari keamanan pengembalian, dan kebiasaan finansial korporat. Bidang Sejarah ekonomi mempelajari evolusi dari ekonomi dan institusi ekonomi, menggunakan metode dan teknik dari bidang ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, psikologi dan ilmu politik.
Konsep fundamental dalam ekonomi mikro

elastisitas - surplus konsumsi - surplus produsen - permintaan agregat - kompetisi - efisiensi
Teori konsumsi

Prefrensi - kurva indiferen - utilitas - utilitas marjinal -pendataan
Teori produksi dan harga

Dasar tori produksi - efisiensi-X - faktor produksi - lahan kemungkinan produksi - maksimalisasi laba -fungsi produksi - ekonomi skala - ekonomi cakupan - diskriminasi harga - harga transfer - harga barang gabungan - titik harga



Daftar Pustaka
www.mcwdn.org/ECONOMICS/EcoGlossary.html
www.nmlites.org/standards/socialstudies/glossary.html
http://www.g-excess.com/id/pengertian-dan-arti-ekonomi-makro.html
www.mcwdn.org/ECONOMICS/EcoGlossary.html
www.econ100.com/eu5e/open/glossary.html
http://www.economist.com/research/Economics/alphabetic.cfm?LETTER=M#marketfailure
Bade, Robin; and Michael Parkin. Foundations of Microeconomics. Addison Wesley Paperback 1st Edition: 2001.
Eaton, B. Curtis; Eaton, Diane F.; and Douglas W. Allen. Microeconomics. Prentice Hall, 5th Edition: 2002.

Minggu, 13 Februari 2011

TOKOH EKONOMI JOAN VIOLET ROBINSON

Robinson terlahir dengan nama Joan Maurice di Surrey, inggris 1903. Keluarganya adalah keluarga golongan menengah. Ayahnya seorang jenderal, penulis, dan akhir hidupnya menjadi pemimpin sebuah akademi yang selanjutnya menjadi cikal bakal universitas London. Ibunya seorang putri dari seorang profesor di universitas Cambridge. Robinson sekolah di St. Pauls, sebuah sekolah khusus purti, dimana ia belajar sejarah. Kemudian Robinson meneruskan pendidikannya ke Girton College. Kemudian ia meneruskannya lagi ke Cambridge untuk belajar ekonomi. Beberapa tahun ia tinggal di India bersama suaminya (ahli ekonomi Austin Robinson), Robinson menghabiskan waktunya selama setengah abad sesudah kelulusannya pada tahun 1925 untuk mengajar dan sebagai dosen di universitas Cambridge sampai tahun 1984. Pada Tahun 1930 Robinson menjadi aktivis di Cambridge Circus sebuah kelompok kecil para ahli ekonomi yang membantu Keynes.

Pada awalnya Joan Robinson adalah pendukung ekonomi Klasik, kemudian dia mengubah pikirannya setelah bertemu dengan John Maynard Keynes. Sebagai anggota dari ‘Cambridge School’ Robinson kemudian memberi dukungan dan pengunjukan teori umum Keynes, dalam tulisan pertamanya pada tahun 1936 sampai tahun 1937 ia menulis tentang keterlibatan-keterlibatan tenaga kerja yang mencoba menjelaskan dinamika ketenaga kerjaan ditengah-tengah depresi besar pada tahun tersebut.

ada tahun 1933 dia menulis bukunya yang berjudul Economics of Imperfect Competition yang memperkenalkan istilah “Monopsoni” yang menjelaskan tentang seorang pembeli dan seorang penjual monopoli.
Kemudian pada tahun 1949, Joan Robinson diundang oleh Ragnar Frisch untuk menjadi wakil ketua dari Econometric Society. Pada tahun 1956 Joan Robinson menerbitkan karangan besar berjudul The Accumulation of Capital yang memperluas ekonomi Keynesian dalam jangka waktu yang sangat panjang. Enam (6) tahun kemudian ia menerbitkan buku lain tentang teori pertumbuhan, yang menjelaskan tentang konsep-konsep dari “usia keemasan” atau alur-alur pertumbuhan. Setelah itu ia mengembangkan teori pertumbuhan Cambridge dengan Nicholas Kaldor sampai tahun 1960. Ia juga menjadi salah satu peserta dalam kontroversi Cambridge bersama Piero Sraffa.

Di penghujung hidupnya dia belajar dan berkonsentrasi pada permasalahan metodologis dalam ekonomi dan mencoba menyempurnakan dari Teori Umum Keynes. Pada tahun 1962 sampai 1980 Robinson menulis banyak buku yang mencoba membawa beberapa teori ekonomi kepada masyarakat umum. Robinson mengusulkan untuk mengembangkan satu alternatif pengembangan rohani dari ekonomi klasik.
Pada tahun 1974 Robinson terpilih sebagai presiden Asosiasi Ekonomi Amerika. Kemudian pada tahun 1983 ia menderita stroke dan meninggal dalam usia 79 enam bulan kemudian di rumah sakit Cambridge.
2. Karya Ilmiah Joan Robinson
- Economics of Imperfect Competition, London, Macmillan, 1933
- Introduction to the Theory of Employment, London, Macmillan, 1937a.
- Essay in the Theory of Employment, London, Macmillan, 1937b.
- An Essay on Marxian Economics, London, Macmillan, 1942.
- “The Production Function and the Theory of Capital,” Review of Economics Studies, 21, 2 (1953-1954). Di cetak ulang dalam Robinson (1980), Vol. 2, hlm. 114-131.
- The Accumulation of Capital, London, Macmillan, 1956.
- Economics Heresies: Some Old-Fashioned Question in Economic Theory, New York, Basic Books, 1971.
- An Introduction to Modern economics, New York, McGraw Hill, 1973, dengan John Eatwell.
- Collected Economic Pappers, 5vols, Cambridge, Massachuttes, MIT Press, 1980.



3. Pokok-pokok Pikiran (teori) Joan Robinson
Ø Teori Persaingan Tidak Sempurna
Struktur pasar persaingan tidak sempurna didasarkan pemikiran Pierro Sraffa dan Joan Robinson serta Chamberlin pada tahun 1930-an. Sraffa menulis buku The law of Return Under Competitive Condition, sedangkan Joan Robinson menulis The Theory of Monopolistic Competition pada tahun 1933.

Asumsi-asumsi yang mendasari pasar persaingan tidak sempurna, yaitu penetapan pajak secara sepihak, sumbangan lainnya dari Robinson adalah mengenai eksploitasi tenaga kerja. Robinson dipengaruhi oleh aliran sosial dan berpendapat setiap pekerja harus dibayar sesuai dengan produktivitas marjinalnya.

Keseimbangan dalam pasar persaingan tidak sempurna dapat terjadi pada beberapa titik, yaitu pada saat ATC menurun, minimum atau menarik. Namun, keadaan yang lazim terjadi adalah pada saat ATC menurun dan hal ini disebabkan, antara lain oleh diferensiasi produk, under capacity, iklan dan kelembagaan.

Dalam menjelaskan pembuatan keputusan perusahaan Robinson menggunakan konsep pendapatan marjinal (marginal revenue), yakni tambahan pengembalian perusahaan yang diperoleh ketika perusahaan memproduksi dan menjual satu barang lagi. Bagi perusahaan kompetitif, pendapatan marjinal akan selalu merupakan harga yang sama, karena perusahaan dapat selalu menjual barangnya lebih banyak tanpa harus mengobral atau menurunkan harga. Tapi perusahaan dalam pasar persaingan sempurna akan mengalami kurva pendapatan marjinal yang lerengnya menurun. Untuk dapat menjual lebih banyak, mereka harus mengobral barang. Jika ini terjadi, beberapa konsumen akan membayar barang dibawah harga. Perusahaan akan kehilangan pengembalian ini. Dengan mempertimbangkan baik itu harga yang rendah dan penjualan yang tinggi, perusahaan mungkin akan memotong harga untuk menjual lebih banyak namun tidak mendapat pengembalian (yaitu pendapatan marjinal dari penjualan akan nol atau negatif). Sebaliknya perusahaan akan mendapat pengembalian lebih jika perusahaan menaikkan harga,d an mengurangi produksi dan penujualan.

Dengan menunjukkan bagaimana naiknya harga dan kurangnya output produksi dapat meningkatkan pendapatan perusahaan, Robinson mampu menjelaskan mengapa persaingan tidak sempurna ditandai dengan produksi yang tidak cukup dan penggunaan sumber daya yang tidak efisien. Karena persaingan tidak sempurna dapat menjelaskan tingginya tingkat pengangguran yang terjadi di Inggris (sedangkan teori persaingan sempurna tidak dapat menjelaskannya) pada tahun 1920-an dan pada masa depresi tahun 1930-an.
Dalam The Economics of Imperfect Competition, ia juga menunjukkan bahwa dalam persaingan tidak sempurna, para pekerja menerima gaji yang kurang dari nilai produksi mereka. Konsekuensinya, produktivitas marjinal tidak dapat bertahan ketika persaingan tidak sempurna eksis. Dengan persaingan tidak sempurna pekerja tereksploitasi oleh pengusaha yang kuat. Untuk mengembalikan kepada keadaan semula, Robinson memperkenalkan gagasan monopsony, suatu kedaan dimana hanya ada satu majikan pada suatu dareh geografis tertentu atau satu majikan bagi pekerja dengan keterampilan tertentu. Dengan hanya satu majikan yang potensial, dan dengan banyaknya pencari kerja, maka orang-orang berada pada keadaan kerugian kompetitif. Mereka terpaksa menerima gaji yang ditawarkan oleh satu majikan saja. Robinson mengakui bahwa dunia ini tidak terdiri dari pasar tenaga kerja monopsonistik. Namun gagasan monopsonistik membantu dalam member perhatian pada penentuan upah sebagai suatu proses tawar-menawar dan pada eksploitasi pekerja karena kurnagnya tawar-menawar terhadap bebrapa perusahaan besar.

Suatu dunia ekonomi yang bercirikan persaingan tidak sempurna juga memunculkan teori baru tentang determinasi harga, salah satunya diisyarakatkan oleh Robinson dan kemudian dikembangkan oleh ahli ekonomi pasca Keynesian. Dalam pasar persaingan, semua perusahaan adalah penentu harga; perusahaan harus menentukan harganya sesuai dengan kemampuan pasar dan apa yang dilakukan perusahaan lain dalam industri tersebut. Namun, dengan persaingan tidak sempurna, harga yang dibuat oleh produsen, yang melakukan mark-up pada biaya utama mereka (upah dasar). Semakin kecil persaingan industri, semakin tinggi kenaikan harga. Dan semakin tinggi kebutuhan perusahaan akan sumber daya internal untuk ekspansi, akan semakin besar mark-upnya.

Dalam karyanya, Joan Robinson tidak menonjolkan permasalahan yang berkaitan dengan diferensiasi produk. Gagasan Robinson dipaparkan dengan banyak menggunakan teknik geometrik. Berdasarkan teknik tersebut ditarik berbagai kesimpulan mengenai realitas dalam dunia ekonomi riil, diantaranya kesimpulan-kesimpulan sekitar masalah ekonomi kesejahteraan (welfare economics). Dalam penelitiannya Joan Robinson menyisipkan normatif dengan sadar atau tidak. Misalnya, dalam pandangannya terhadap masalah monopsoni dipasar, hal itu juga disoroti dari segi moral. Dalam hubungan ini, oleh Joan Robinson ditekankan tidak adanya efisiensi dalam kondisi persaingan yang tidak sempurna. Lagi pula dalam keadaan serupa itu terjadi pemersan terhadap tenaga kerja. Sebab, akan timbul perbedaan antara tingkat upah disatu puhak (yang secara riil diterima oleh tenaga kerja) dan nilai produk marjinal dari tenaga kerja itu dipihak lain. Dalam pandangan Joan Robinson, dikala ada monopoli di pasar barang ataupun monopsoni di pasar tenaga kerja, maka hal itu satu sama lain akan membawa pemerasan (exploitation).

Dalam pasar persaingan tidak sempurna juga Robinson memperkenalkan analisisnya tentang diskriminasi harga. Para ahli ekonomi telah mengetahui bahwa perusahaan monopoli besar menetapkan harga yang berbeda untuk orang yang berbeda, tetapi Robinson orang pertama yang menjelsakan prinsip cara kerja dan konsekuensinya. Robinson menunjukan bahwa diskriminasi harga hanya ada dalam monopoli atau persaingan tidak sempurna. Melalui diskriminasi harga, perusahaan-perusahaan monopili dapat menaikan pendapatan dan laba mereka.

Dalam pemberlakuan diskriminasi harga, perusahaan-perusahaan perlu membagi pasar untuk produknya menjadi dua bagian: konsumen yang ingin dan dapat membayar dengan harga tinggi dan konsumenyang sensitif terhadap harga. Kemudian perusahaan perlu mencari cara untuk menetapkan harga yang lebih tinggi pada kelompok pertama. Salah satu cara adalah dengan menetapkan harga berbeda waktu yang berbeda dalam satu hari. Karena itu, perusahaan telepon, misalnya, akan memberikan harga yang lebih rendah pada malam hari dan akhir minggu. Pelanggan bisnis, yang umunya tidak sensistif terhadap harga, akan membayar pada harga yang tinggi dan individu akan membayar pada tingkat pengurangan biaya pulsa telepon terendah. Kupon diskon juga membantu dalam pembagian pasar dan memungkinkan adanya diskriminasi harga. Mereka yang peduli pada harga akan mengambil kupon dan membeli barang dengan harga yang lebih rendah; jadi mereka tidak akan membayar penuh. Demikian juga, praktik penetapan harga dengan tawar-menawar seperti pada dealer mobil akan mengakibatkan diskriminasi harga. Disini para penawar, karena tidak ingin membeli dengan harga tinggi, dapat membeli mobil dengan harga yang lebih murah dari pada mereka yang tidak mau menawar.

Ø Teori Produktivitas Distribusi Marjinal

Berawal dari permasalahan terhadap analisis permintaan dan penawaran, menurut Robinson, berhubungan dengan modal. Robinson memicu perdebatan yang kemudian dikenal dengan nama “Kontroversi Cambridge” (Cambridge Controversy), dengan krtikinya atas teori distribusi dari kaum marjinalis. Menurut teori ini tingkat laba ditentukan oleh produktivitas marjinal dari modal. Persoalan yang diangkat Robinson adalah bagaimana mengukur modal untuk mencari produk marjinalnya. Pertanyaan yang sederhana dan kurang disadari ini muncul dan menimbulkan debat sengit antara Cambridge Inggris dan Cambridge Massachussets tentang kemungkinan pengukuran modal ketika tidak diketahui beberapa tingkat laba.

Pembentukan kurva permintaan teori produktivitas Distribusi marjinal ini perlu menghubungkan tingkat keuntungan dengan kuantitas modal. Masalahnya adalah modal bukanlah barang yang homogeni (seperti tenga kerja) yang dapat dihitung dan dijumlah. Modal bisa terdiri atas pabrik-pabrik besar dan kecil, bagian perakitan, palu dan obeng, computer dan perangkat lunak. Barang-barang ini tidak memiliki persamaan yang membuat kita bisa mencari “jumlah” modal, Karena itu diperlukan pendekatan yang lain.

Cara tradisional dalam menghitung barang modal adalah menghitung nilainya, atau kemungkinan kemampulabaan dimasa depan. Cara ini dianggap paraktis atau bisa menjelaskan persoalan, tetapi cara ini tiak memuaskan sebagai bagian dari teori yang menjelaskan apa yang menetukan tingkat keuntungan. Seperti yang ditunjukkan Robinson, jika teori ekonomi dianggap bisa menjelaskan tingkat keuntungan, teori ini tidak berasumsi mengetahui kemampulabaan modal untuk mengukur jumlah modal. Prosedur ini melingkar, karena itu teori distribusi produktivitas marjinal harus diabaikan.

Kritik Robinson atas teori ekonomi mikro juga mendukung pendekatan makroekonomi dari Keynes. Jika kita menolak produktivitas marjinal sebagai suatu teori distribusi, maka penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja tidak menentukan upah dan lapangan kerja. Kita tidak lagi punya alasan kuat untuk percaya kalau pengangguran akan hilang dengan menunggu turunnya upah. Demikian juga, jika gagasan keseimbangan tidak berguna bagi studi ekonomi riil maka tidak ada alasan berasumsi bahwa pasar tenaga kerja akan jelas pada keseimbangan lapangan kerja penuh.

Ø Teori Perdagangan Internasioal

Robinson juga tokoh penting dalam memperluas ekonomi Keynes sampai kebidang dunia internasional. Secara tradisional, para ahli ekonomi menyataka bahwa perubahan nilai tukar atau aliran uang akan memperbaiki setiap ketidakseimbangan yang terjadi. Negara dengan surplus perdangan akan mendapatkan pemasukan uang atau penguatan nilai mata uang. Hal ini akan membuat harga barang mereka menjadi mahal bagi penduduk Negara lain dan akan mengurangi ekspor. Negara yang defisit akan mengalami hal yang sebaliknya, barang mereka akan lebih murah dinegara lain dan banyak mengekspor barang; menurut teori ekonomi standar, perubahan harga akan membawa perdagangan pada keseimbangan.

Berlawanan dengan pandangan konvensional ini, Robinson menyatakan bahwa ada satu mekanisme penyesuian Keynesian. Masalah perdagangan diselesaikan melalui perubahan pendapatan ketimbang melalui perubahan harga relatif. Negara yang mengalami defisit perdagangan gagal menjual barang yang cukup keseluruh dunia. Konsekuensinya produksi turun dan pengangguran meningkat. Akibatnya penduduk Negara ini mengurangi pembelian barang dan jasa dari Negara lain sehingga defisit perdagangannya akan menuju keposisi keseimbangan. Tapi hal ini berdampak pada Negara surplus, yang kini mengalami penurunan permintaan barang yang mereka produksi. Surplus perdagangan mereka berkurang tetapi tingkat pengangguran mereka juga meningkat.

Robinson selanjutnya memperluas teori Keynes dengan meneliti perdagangan internasional dalam konteks yang dinamis atau bagaimana kesimbangan perdagangan berubah sepanjang waktu. Ketimbang menganggap perdagangan internasional sebagai suatu cara terbaik bagi Negara-negara untuk membagi tugas memproduksi barang yang berbeda. Robinson melihat perdagangan luar negeri sebagai bagian strategi pertumbuhan nasional.

Surplus perdagangan, khususnya ketika tercapai dengan spesialisasi dalam industry manufaktur, maka dengan sendirinya akan menaikan tingkat keuntungan domestik yang akan memperbesar investasi dan perkembangan teknologi. Hal ini, pada gilirannya, akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja domestik dan memperbesar pendapatan. Karena itu perdagangan surplus dapat memicu perkembangan jangka panjang dalam produktivitas dan taraf hidup. Sehingga dari surplus perdangan yang dihasilkan akan memacu pertumbuhan ekonomi.
4. Kelemahan / kritikan terhadap teori Joan Robinson
Untuk kritik terhadap teori Robinson tidak ada tokoh yang mengkritik toerinya karena Robinson sendiri lebih banyak melengkapi dan mengkritik teori-teori yang sudah ada sebelumnya. Seperti tambahannya untuk teori perdagangan internasional kepada makroekonomi post-Keynesian.
Pada dasarnya joan Robinson banyak melengkapi teori-teori yang sudah dikeluarkan oleh pemikir ekonomi lainnya. Akan tetapi, meski banyak kemajuannya, Robinson justru tidak puas dengan Economics of Imperfect Competition sesudah ia selesai menulisnya. Ketidakpuasannya datang dari banyaknya masalah yang ia lihat pada analisis mikroekonomi. Pada tingkat teori, Robinson sadar akan adanya masalah logika dalam anlisis penawaran dan permintaan. Pada tingkat praktik, depresi besar dan karya Keynes membuatnya kehilangan minat pada penetapan harga dan keputusan output perusahaan.
Salah satu masalah dalam analisis penawaran dan permintaan menurut Robinson adalah bahwa analisis ini mengakibatkan waktu dan ekspektasi; sebaliknya gagasan tanpa waktu yang disebut “keseimbangan” justru berada ditengah-tengah analisis. Robinson berpendapat bahwa gagasan stabilitas yang melekat dalam analisis keseimbangan tidak cocok untuk disiplin ilmu seperti ekonomi yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perubahan ekonomi. Berlawanan dengan teori ekonomi standar, konsumen dan bisnis tidak merespon harga-harga yang sekarang yang dapat menggerakkan ekonomi menuju keseimbangan harga. Justru sebaliknya, konsumen dan pengusaha merespon harga saat sekarang berdasarkan pikiran mereka tentang berapa harga dimasa depan. Lagi pula perubahan harga dapat mengubah ekspektasi. Harga yang rendah dapat menimbulkan harpan bahwa harga dimasa depan akan lebih rendah, membuat konsumen kurang berminat membeli beberapa barang sekarang meskipun harganya turun drastis. Dalam keadaan seperti ini tidak ada keseimbangan yang mungkin terjadi; dan analisis permintaan dan penawaran tidak dapat membayangkan apa yang sedang terjadi didunia nyata. Untuk memahami ekonomi riil membutukan orientasi teori baru. Salah satunya adalah memfokuskan diri pada bagaimana harga berubah sepanjang waktu menuju kepada kesimbangan. Dalam karyanya juga, Joan Robinson tidak menonjolkan permasalahan yang berkaitan dengan diferensiasi produk.
DAFTAR PUSTAKA
Pressman, Steven. 2000. Lima Puluh Pemikir Ekonomi Dunia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Skousen, Mark. 2006. Sang Maestro Teori-Teori Ekonomi Modern. Jakarta: Prenada Media.
Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
http://en.wikipedia.org/wiki/Joan_Robinson
http://www.paecon.net/PAEReview/issue22/Garrido22.htm
http://www.paecon.net/Joan Robinson/issue22/Garrido22.htm
http://finda-maniez.blogspot.com/2009/06/joan-violet-robinson.html

Entri Populer